Rabu, 25 Mei 2011

MENINGITIS

1. ANATOMI FISIOLOGI

Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat operasi dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak dalam
rongga kranium yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat.
Otak dibagimenjadi tiga bagian besar yaitu : serebrum, batang otak dan serebelum. Semua berada dalam suatu bagian struktur tulang yang disebut tengkorak, yang juga menjaga otak dari cedera. Empat tulang frontal, parietal, temporal danoksipital. Pada dasar tengkorak terdiri dari tiga bagian fossa-fossa. Bagian fossa senterior berisi lobus frontal serebral bagian hemisfer, bagian tengah fossa berisi lobus parietal, temporal dan oksipital dan bagian fossa posteror berisi batang otak dan medula.
a. Meningen
Meningen terletak dibawah tengkorak. Komposisi meningen berupa jaringan serabut penghubung yang melindungi, mendukung dan memelihara otak. Meningen terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
1. Durameter
Lapisan paling luar, menutup otak dan medula spinalis. Sifat duramater yaitu: liat, tebal, tidak elastis, berupa serabut dan berwarna abu-abu. Bagian pemisah hura : flax serebri yang memisahkan kedua hemisfer dibagian longitudinal dan tentorium, yang merupakan lipatan dari dura yang membentuk jaring-jaring membran yang kuat. Jaringan ini mendukung hemisfer dan memisahkan hemisfer dengan bagianbawah otak (fossa posterior). Jika tekanan dalam rongga otak meningkat, jaringan otak tertekan kearah tentorium atau berpindah kebawah, dan keadaan ini disebut herniasi.
2. Arakhanoid
Membaran bagian tengah, membran yang bersifat tipis dan lembut ini menyerupai sarang laba-laba, oleh karena itu disebut arakhnoid. Membran ini berwarna putih karena tidak dialiri darah.Pada dinding arakhnoid terdapat pleksus khoroid, yangbertanggung jawab memproduksi cairan serebrospinal (CSS). Membran yang mempunyai bentuk seperti jari tangan ini disebut arakhnoid villi yang mengabsorbsi cairan serebrospinal (CSS). Pada usia dewasa normal, CSS diproduksi 500 ml/hari, tetapi 150 ml diabsorbsi olehvilli. Villi mengabsorbsi CSS juga pada saat darah masuk ke dalam sistem (akibat trauma, pecahnya aneurisme, stroke dan lain-lain) dan yang mengakibatkan sumbatan. Bila villa arakhniod tersumbat dapat menyebabkan hidrosepalus.
3. Piamater
Membran paling dalam, berupa dinding yang tipis, transparan yang menutupi otak dan meluas kesetiap lapisan daerah otak.
b. Serebrum
Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus. Subtansia grisea terdapat pada bagian luar dinding serebrum bagian dalam. Pada prinsipnya kompisisi substansia grisea yang terbentuk dari badan-badan saraf memenuhi korteks serebri, nukleus dan basal ganglia. Susbtansi alba terdiri dari sel-sel saraf yang menghubungkan bagian-bagian otak dengan bagian yang lain. Sebagian besar hemisfes serebri berisi jarigan sistemsaraf pusat (SSP). Area inilah yang mengontrol fungsi motorik tertiggi,yaitu terhadap fungsi individu dan intelegensi. Pada serebrum ada empat lobus, yaitu :
1) Lobus frontal, adalah lobus besar yang terletak pada fossa anterior.Area ini mengontrol perilaku individu, membuat keputusan,kepribadian dan menahan diri
2) Lobus parietal, adalah lobus sentral. Area ini menginterprestasikansensasi dan didepan lobus oksipitalis. Sensasi rasa yang tidak berpengaruh adalah bau. Lobus parietal mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya. Kerusakkan pada daerah ini menyebabkan syndrom hemineglect
3) Lobus temporal, adalah bagian bawah lateral dan fisura serebralis dan di depan lobus oksipitalis. Area ini berfungsi mengintegrasikan sensasi kecap, bau dan pendengaran. Ingatan jangka pendek sangat berhubungan dengan daerah ini

4) Lobus oksipitalis, terletak pada lobus posterior hemisfes serebri.Bagian ini bertanggung jawab menginterprestasikan pengelihatan
c. Diensepalon
Fossa bagian tengah atau diensepalon berisi talamus, hipotalamus,dan kelenjar hipopisis. Diensepalon terdiri dari dua lapisan, yaitu :
1) Talamus
Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel dan aktivitas primernya sebagai pusat penyambung sensasi bau yang diterima. Semua impuls memori, dan nyeri melalui bagian ini.

2) Hipotalamus
Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior talamus. Berfungsi mengontrol dan mengatur sistem saraf autonom. Hipotalamus juga bekerja sama dengan hipopisis untuk mempertahankan keseimbangan cairan, pengatur suhu tubuh, sebagai pusat lapat dan mengontrol beratbadan, sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif danseksual dan respon emosional (rasa malas, marah, depresi, panik dan takut).
d. Batang Otak Batang
Otak terletak pada fossa anterior. Bagian-bagian batang otak ini terdiri dari otak tengah, pons dan medula oblongata. Mid brain mengataka hubungan pons dan sereblum dengan hemisfer serebrum. Bagian ini berisi jalur sensorik dan motorik dan sebagai pusat refleks pendengar danpengelihatan.
Pons terletak di depan sereblum antara otak tangan danmedula dan merupakan jembatan antara dua bagian sereblum dan jugaantara medula dan sereblum. Pons berisi jaras sensorik dan motorik.
Medula oblongata meneruskan serabut-serabut sensorik dari medulaspinalis ke otak. Dan serabut-serabut tersebut menyilang pada daerah ini.Pons berisi pusat-pusat terpenting dalam mengontrol jantung, pernafasan dan tekanan darah dan sebagai asal-usul saraf otak kelima sampaikedelapan.
e. Sereblum
Sereblum terletak pada fossa posterior dan terpisah dari hemisfer serebral, lipatan dura meter, tentorium sereblum. Sebelumnya mempunyai dua aksi yaitu merangsang dan menghambat dan tanggung jawab yang luas terhadap koordinasi dan gerakkan halus. Ditambah mengontrol gerakan yang benar, keseimbangan, posisi dan mengintegrasikan input sensorik.

2. PENGERTIAN
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater,araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yang superficial.(neorologi kapita selekta,1996).


3. KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
a) Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b) Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
Meningitis diklasifikasikan menurut etiologinya
1. Meningitis Bakterial (Meningitis sepsis)
Sering terjadi pada musim dingin, saat terjadi infeksi saluran pernafasan. Jenis organisme yang sering menyebabkan meningitis bacterial adalah streptokokus pneumonia dan neisseria meningitis.
Meningococal meningitis adalah tipe dari meningitis bacterial yang sering terjadi pada daerah penduduk yang padat, spt: asrama, penjara.
Klien yang mempunyai kondisi spt: otitis media, pneumonia, sinusitis akut atau sickle sell anemia yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadi meningitis. Fraktur tulang tengkorak atau pembedahan spinal dapat juga menyebabkan meningitis . Selain itu juga dapat terjadi pada orang dengan gangguan sistem imun, spt: AIDS dan defisiensi imunologi baik yang congenital ataupun yang didapat.
Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.
2. Meningitis Virus (Meningitis aseptic)
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem saraf pusat melalui sistem vaskuler.
Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus spt: campak, mumps, herpes simplek dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu metabolisme sel sehingga sell cepat mengalami nekrosis. Jenis lainnya juga mengganggu produksi enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan neurologik.
3. Meningitis Jamur
Meningitis Cryptococcal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada klien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari system kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi Respon inflamasi yang ditimbulkan pada klien dengan menurunnya sistem imun antara lain: bisa demam/tidak, sakit kepala, mual, muntah dan menurunnya status mental.

4. ETIOLOGI
 Bakteri
Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
 Penyebab lainnya
Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
 Faktor predisposisi
Jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita
 Faktor maternal
Ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
 Faktor imunologi
Defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
 Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injuri yang berhubungan dengan sistem persarafan.

5. FAKTOR RESIKO
o Infeksi sistemik
Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis, pneumonia, TBC, perikarditis, dll.
o Trauma kepala
Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yang memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea dan rhinorhea.
o Kelainan anatomis
Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga tengah, operasi cranium.
o Terjadinya pe ↑ TIK pada meningitis, mekanismenya adalah sebagai berikut :
a. Agen penyebab → reaksi local pada meninges → inflamasi meninges → pe ↑ permiabilitas kapiler → kebocoran cairan dari intravaskuler ke interstisial → pe ↑ volume cairan interstisial → edema → Postulat Kellie Monroe, kompensasi tidak adekuat → pe ↑ TIK
b. Pada meningitis jarang ditemukan kejang, kecuali jika infeksi sudah menyebar ke jaringan otak, dimana kejang ini terjadi bila ada kerusakan pada korteks serebri pada bagian premotor.
o Hidrosefalus pada meningitis terjadi karena mekanisme sebagai berikut :Inflamasi local → scar tissue di daerah arahnoid ( vili ) → gangguan absorbsi CSF → akumulasi CSF di dalam otak → hodosefalus
o Perbedaan Ensefalitis dengan meningitis :
Encephalitis Meningitis
Kejang Kaku kuduk
Kesadaran ↓ Kesadaran relatif masih baik
Demam ↓ Demam ↑
Bila gejala yang muncul campuran kemungkinan mengalami Meningo-ensefalitis.
Faktor pencetus terjadinya meningitis bacterial diantaranya adalah :
• Otitis media
• Pneumonia
• Sinusitis
• Sickle cell anemia
• Fraktur cranial, trauma otak
• Operasi spinal




6. PATOFISIOLOGI
Agen penyebab

Invasi ke SSP melalui aliran darah

Bermigrasi ke lapisan subarahnoid

Respon inflamasi di piamatter, arahnoid,CSF dan ventrikuler

Exudat menyebar di seluruh saraf cranial dan saraf spinal

Kerusakan neurologist

( Donna D., 1999)

7. TANDA DAN GEJALA
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
• Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
• Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
• Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
 Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
 Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
 Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
• Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
• Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
• Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
• Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata

8. KOMPLIKASI
 Peningkatan TIK, karena ada edema serebral bila air yang bisa menyebabkan peningkatan didalam susunan saraf pusat
 Gagal pernapasan, karena herniasis batang otak sehingga fungsi selebralmenjadi buruk
 Koma, karena terjadi penyumbatan pada pembuluh darah dan kurangnya oksigen pada otak.


9. TEST DIAGNOSTIK
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a. Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
b. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )
5. Elektrolit darah : abnormal .
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8. MRI/ CT- scan : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

10. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologis
a. Obat anti inflamasi
1) Meningitis tuberkulosa
a) Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama 1 ½ tahun
b) Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun
c) Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali sehari, selama 3 bulan.


2)Meningitis bacterial, umur < 2 bulan a) Sefalosporin generasi ke 3 b) ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari c) Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari 3)Meningitis bacterial, umur > 2 bulan
a) Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari
b) Sefalosforin generasi ke 3.
b. Pengobatan simtomatis
1) Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosis kemudian klien dilanjutkan dengan.
2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
3) Turunkan panas :
a) Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.
b) Kompres air PAM atau es

c. Pengobatan suportif
1) Cairan intravena
2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50 %
Perawatan
a. Pada waktu kejang
1) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.
2) Hisap lender
3) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi
4) Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh)
b. Bila penderita tidak sadar lama
1) Beri makanan melalui sonda
2) Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi penderita sesering mungkin
3) Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb antibiotika
c. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi.
Pada inkontinensia alvi lakukan lavement.
d. Pemantauan ketat.
1) Tekanan darah
2) Respirasi
3) Nadi
4) Produksi air kemih
5) Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.
11. PENCEGAHAN
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor presdis posisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk mengidentifikasi faktor atau janis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius
12. PROGNOSIS
Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau mental atau meninggal tergantung :
a. umur penderita.
b. Jenis kuman penyebab
c. Berat ringan infeksi
d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
e. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
f. Adanya dan penanganan penyakit.
Meskipun telah diberikan pengobatan, sebanyak 30% bayi meninggal. Jika terjadi abses, angka kematian mendekati 75%. 20-50% bayi yang bertahan hidup, mengalami kerusakan otak dan saraf (misalnya hidrosefalus, tuli dan keterbelakangan mental).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN MENINGITIS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a) Biodata klien
b) Riwayat kesehatan yang lalu
(1) Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
(2) Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
(3) Pernahkah operasi daerah kepala ?
c) Riwayat kesehatan sekarang
(1) Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
(2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, takikardi, disritmia.
(3) Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
(4) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
(5) Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
(6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.

Tes Kernig dalam pengkajian meningitis
(7) Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis.
(8) Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada meninges dan jaringan otak.
2) Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.
3) Risiko peningkatan TiK berhubungan dengan peningkatan volume intrakranial, penekanan jaringan otak, dan edema screbral.
4) Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan infeksi meningokokus dan peningkatan TIK
5) Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan inflamasi dan edema pada otak dan meningen.
6) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
sekret, penurunan kemampuan battik, dan peruhahan tingkat kesadaran.
7) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan tingkat
kesadaran, depresi pada pusat napas di otak.
8) Hipertemia berhubungan dengan inflamasi pada meninges, peningkatan metabolisme umum.
9) Ansietas yang berhubungan dengan parahnya kondisi.
10) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi.











NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial


Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x 24 jam, Pasien kembali pada keadaan status neurologis sebelum sakit
dan meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris dengan kriteria hasil:
•    Tanda-tanda vital dalam batas normal
•    Rasa sakit kepala berkurang
•    Kesadaran meningkat
•    Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat.
1.      Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal
2.      Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.
3.      Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolik
4.      Monitor intake dan output
5.      Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur.
Kolaborasi
6.      Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.
7.      Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen
8.      Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika.

1.      Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya hernia otak
2.      Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut
3.      Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diiukuti oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi.
4.      Hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadra, nausea yang menurunkan intake per oral
5.      Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava
6.      Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat menurunkan edema cerebral
7.      Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral
8.      Terapi yang diberikan dapat menurunkan permeabilitas kapiler.

2
Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermi dengan kriteria hasil:
  • Tidak terjadi serangan kejang ulang.
  • Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)
  • Nadi 110 – 120 x/menit (bayi)
100-110 x/menit (anak)
  • Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi)
24 – 28 x/menit (anak)
  • Kesadaran composmentis

1.      Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat
2.      Berikan kompres dingin
3.      Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
4.      Observasi kejang  dan tanda vital tiap 4 jam
5.      Batasi aktivitas selama anak panas
6.      Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis

1.      Proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat.
2.      Perpindahan panas secara konduksi.
3.      Saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.
4.      Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan.
5.      Aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas.
6.      Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis.

EVALUASI
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar